adbrite

Kamis, 30 Juni 2011

Can You Predict Your Future?

Beberapa tahun yang lalu, saya bertemu dengan seseorang pengusaha yang terbilang sukses di Surabaya.

Pada hari itu, saya diperkenalkan dengan seorang peramal terkenal yang dikatakan dapat meramal nasib seseorang dengan akurasi sangat tinggi. Sang peramal meminta saya untuk memperlihatkan salah satu telapak tangan saya. Setelah mengamati cukup lama, tiba-tiba raut muka peramal itu berubah menjadi kaget dan berkata kepada pengusaha itu,”Anak ini akan menjadi orang yang sangat berhasil ketika berusia 32 tahun nanti.” Pengusaha itu gembira dan menawarkan kepada saya posisi di perusahaannya, namun saya menolak karena memiliki tujuan berbeda. Sebagai seorang yang beragama, saya sama sekali tidak memercayai ramalan orang itu. Namun hari itu, hati saya berdebar-debar, muka saya memerah, dan kepala saya tiba-tiba terasa lebih besar daripada sebelumnya. Saya meraasa sangat senang dan bangga bahwa jalan hidup sayaternyata terbuka lebar utuk meraih kesuksesan. Saya berusia 26 tahun pada saat itu, dan saya mengatakan kepada diri saya bahwa enam tahun lagi saya akanmencapai kesuksesan. Pada saat itu saya benar-benar percaya bahwa kesuksesan seseorang itu ditentukan dan bukanlah pilihan. Sikap saya selama enam tahun kemudian sangatlah positif karena saya berusaha mewujudkan ramalan tersebut menjadi kenyataan. Namun, sekarang saya baru menyadari bahwa sebenarnya bukan ramalan peramal itu yang membuat saya dapat menggapai sukses melainkan belief (keyakinan) dan action (tindakan) untuk mencapainya.

Hal menarik yang selalu saya renungi adalah, apa yang akan terjadi jika sang peramal berkata bahwa saya akan menjadi seorang yang gagal ketika saya berusia 32 tahun? Atau, lebih buruk lagi, bahwa saya akan meninggal pada saat saya berusia 28 tahun? Saya yakin, dari informasi itu saya akan mengambil tindakan yang jauh berbeda dibandingkan tindakanyang telah saya ambil sampai saat ini. Di sisi lain, apa yang terjadi jika ia meramal bahwa saya akan berhasil lebih cepat lagi, seumpama pada usia 28 tahun? Akankah saya bekerja lebih keras lagi? Pasti. Kesimpulannya adalah, berhati-hatilah terhadap apa yang menjadi keyakinan Anda, karena apa pun yang Anda yakini akan menjadi kenyataan.

Keyakinan, sekali lagi dengan keyakinan yang begitu positif, Anda akan bisa melampaui batasan-batasan yang dibuat manusia. Batasan-batasan tersebut hakikatnya adalah tembok penghalang yang besar, tinggi, dan kokoh, yang menutup mata kita dari kekuatan potensi diri yang sangat hebat. Dan mungkin, sebagian besar manusia di muka bumi ini belum mengeluarkan semua yang terbaik dalam diri mereka untuk mencapai batasan optimum dalam hidupnya. Ingatlah, batasan itu hanyalah batasan yang ada di dalam pikiran kita
.
F L A T W L A C


Tidak ada komentar:

Posting Komentar